"Ketidakstabilan sistem finansial global dalam beberapa pekan terakhir merupakan yang paling besar dalam sejarah kenangan hidup," jelas Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris, John Gieve seperti dikutip dari Reuters, Selasa (28/10/2008).
"Dan dengan kecenderungan perekonomian yang terus turun, sistem finansial masih berada dalam tekanan," tambahnya.
Secara total, pemerintahan dari berbagai belahan dunia telah menginjeksikan sekitar US$ 4 triliun ke sistem perbankan dan pasar untuk menghadapi krisis yang terburuk sejak 80 tahun terakhir.
Krisis itu telah memaksa pasar saham di berbagai belahan dunia mengalami kejatuhan terburuk, sejak era Great Depression tahun 1929 silam. Kejatuhan pasar masih terus berlangsung, namun untuk Selasa ini saham-saham mulai rebound.
Investor menantikan hasil rapat Bank Sentral AS mulai Selasa (28/10/2008) waktu setempat, yang diperkirakan akan menurunkan tingkas suku bunga 50 basis poin menjadi 1 persen.
Demikian pula Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa diperkirakan juga akan menurunkan tingkat suku bunganya untuk meredam ketatnya likuiditas, sekaligus meredakan krisis kredit, dalam pertemuan Kamis nanti.
Sementara untuk Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rencananya akan mengumumkan kebijakan baru terkait IHSG di Bursa Efek Indonesia yang masih saja melemah, termasuk nilai tukar rupiah yang sudah menembus 11.000 per dolar AS.