Rabu, 29 Oktober 2008

Krisis Finansial Banyak Menelan Kerugian Rp 28.000 Triliun

Krisis finansial global menelan kerugian yang luar biasa besar. Sistem finansial global diperkirakan mengalami kerugian hingga US$ 2,8 triliun atau sekitar Rp 28.000 triliun akibat belitan masalah krisis kredit.

"Ketidakstabilan sistem finansial global dalam beberapa pekan terakhir merupakan yang paling besar dalam sejarah kenangan hidup," jelas Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris, John Gieve seperti dikutip dari Reuters, Selasa (28/10/2008).

"Dan dengan kecenderungan perekonomian yang terus turun, sistem finansial masih berada dalam tekanan," tambahnya.

Secara total, pemerintahan dari berbagai belahan dunia telah menginjeksikan sekitar US$ 4 triliun ke sistem perbankan dan pasar untuk menghadapi krisis yang terburuk sejak 80 tahun terakhir.

Krisis itu telah memaksa pasar saham di berbagai belahan dunia mengalami kejatuhan terburuk, sejak era Great Depression tahun 1929 silam. Kejatuhan pasar masih terus berlangsung, namun untuk Selasa ini saham-saham mulai rebound.

Investor menantikan hasil rapat Bank Sentral AS mulai Selasa (28/10/2008) waktu setempat, yang diperkirakan akan menurunkan tingkas suku bunga 50 basis poin menjadi 1 persen.

Demikian pula Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa diperkirakan juga akan menurunkan tingkat suku bunganya untuk meredam ketatnya likuiditas, sekaligus meredakan krisis kredit, dalam pertemuan Kamis nanti.

Sementara untuk Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rencananya akan mengumumkan kebijakan baru terkait IHSG di Bursa Efek Indonesia yang masih saja melemah, termasuk nilai tukar rupiah yang sudah menembus 11.000 per dolar AS.

Rupiah Stabil di 10.700/US$



Gerak rupiah mulai terkendali setelah sehari sebelumnya bergerak tak karuan hingga ke 11.850/US$. Kebijakan 10 langkah yang dikeluarkan pemerintah cukup membentengi rupiah.

Data CNBC pada perdagangan valas pukul 17.00 WIB, Rabu (29/10/2008) rupiah stabil di level Rp 10.700 per dolar AS. Rupiah pada perdagangan hari ini sempat menguat ke level 10.450 per dolar AS dan melemah ke 10.900/US$.

Namun di sesi siang hingga perdagangan Rabu sore, rupiah relatif bergerak terbatas dan cenderung stagnan di level 10.700/US$.

Kebijakan 10 langkah pemerintah yang paling ditunggu pasar adalah melakukan pembelian SUN di pasar sekunder. Pembelian kembali SUN dilakukan secara bertahap dalam jumlah yang terukur.

Selama ini penurunan harga SUN karena aksi jual oleh investor asing menjadi salah satu pemicu pelemahan rupiah. Sehingga banyak pihak meminta dilakukan buy back SUN seperti halnya pemerintah melakukan buy back saham.

Pasokan dolar AS juga diharapkan bertambah karena eksportir kini mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah dengan memberikan garansi terhadap risiko pembayaran dari pembeli dengan menyediakan fasilitas rediskonto wesel ekspor dengan recourse yang berlaku mulai 1 November.

Pelaku pasar juga sedang menunggu keputusan Bank Sentral AS (the Fed) yang diperkirakan akan menurunkan tingkat suku bunga kuncinya sebesar 50 basis poin menjadi 1% dalam pertemuan yang dimulai Rabu petang ini.

Sementara mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi terhadap dolar AS seperti yen Jepang menguat 1,59%, won Korea menguat 1,93%, peso Filipina melemah 0,16%, dolar Singapura melemah 0,79%.

Transaksi Valas BUMN akan Dipantau Secara Online


Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan menerapkan sistem laporan elektronik yang terhubung secara online pada setiap transaksi valuta asing (valas) yang dilakukan sejumlah BUMN.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil di Gedung Garuda,
Jakarta, Rabu (29/10/2008).

"Sistem laporan elektronik ini untuk memantau secara jelas transaksi valas yang
dilakukan seluruh BUMN. Sehingga nanti kami akan mengetahui secara benar posisinya
valasnya," ujarnya

Ia mengharapkan, ke depannya setiap BUMN dapat saling menutupi kebutuhan valas untuk
transaksi antara satu perusahaan plat merah dengan yang lainnya.

Walaupun proses transaksinya tidak langsung melalui pasar uang, penggunaan valas tersebut tetap menggunakan mekanisme penjualan dan pembelian berdasarkan nilai tukar yang berlaku. Ia mengatakan, mekanismenya nanti cukup sederhana, hanya dengan mengisi format laporan yang kini sedang disusun.

Ia menjelaskan, jika transaksi online ini sudah berlangsung, jika ada BUMN yang mendapatkan valas dari kegiatan penjualan maupun aksi korporasi maka posisi uangnya bisa diketahui dan dipergunakan untuk apa.

Selain itu, jika salah satu BUMN membutuhkan valas dalam jumlah tertentu, sistem tersebut bisa langsung melaporkan informasi mengenai seberapa besar dan kapan badan usaha negara tersebut membutuhkan.

"Jika posisi uangnya sudah jelas, jadi uang itu tidak bisa dipakai untuk spekulasi," ungkapnya.